Sabtu, 23 Oktober 2010

Sang Pencerah


Darwis putra pertama, anak ke empat dari Kiai Haji Abu Bakar. Bapaknya keturunan ke-10 dari Syaikh Maulana Ibrahim, penyebar agama Islam di Gresik abad ke-15 yang juga satu dari sembilan tokoh Wali Songo. Kiai Abu Bakar menikah dengan Siti Aminah putri Kiai Haji Ibrahim, seorang penghulu Kasultanan. Darwis mempunyai tiga kakak ipar yang juga para ulama. Yaitu Kiai Haji Muhammad Saleh, kakak ipar sekaligus guru Bahasa Arab Darwis. Kiai Haji Lurah Muhammad Noor dan Kiai Haji Muhsin.

            Darwis saat ini baru berusia 10tahun. Dan tinggal di daerah Kauman Ngayogyakarta. Mejadi anak seorang pemuka agama adalah salah satu keistimewaan yang tidak dialami setiap anak Kauman, bahkan anak-anak di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
            
            Kiai Hai Abu Bakar sangat dekat dengan Kiai Fadlil. Kiai Haji Abu Bakar mempunyai anak lelaki bernama Darwis yang pandai, hatam Al-Quran umur 8tahun dan berfikir kritis. Sedangkan Kiai Fadlil yang pekerjaanya pedagang kain batik, mempunyai anak yang bernama Siti Walidah. Perjodohan antara Darwids dan Walidahpun terjadi. Tapi perjodohan ini tanpa adanya paksaan. 

            Sebelum Darwis menikah dengan Walidah, Darwis menimba ilmu selama lima tahun di Mekkah. Banyak ilmu yang ia dapatkan di Mekkah selama lima tahun itu. Nama Darwispun berganti nama Ahmad Dahlan. Saat pulang ke Jawa, nama itu disetujui ayahnya dan para kakak iparnya. Akhirnya, nama Darwis resmi berganti Ahmad Dahlan.

            Setelah kepulangannya berhaji dan menimba ilmu, Dahlan dan Walidah pun menikah. Saat Dahlan berumur 22 tahun, Dahlan dan Walidah dikaruniai anak perempuan yang diberi nama Siti Johanah. Namun, saat itu ibu Dahlan meninggal karena penyakit menahun.

            Ibu Dahlan meninggal membuat ayah Dahlan kurang bersemangat dalam hidup, akhirnya atas usulan Dahlan, ayahnya menikah lagi. Pernikahan ayahnya yang baru itu dikaruniai seorag anak bernama Muhammad Basyir.

            Tapi saat memasuki Bulan Ramadhan, ayah Dahlan meninggal. Namun, belum usai kesedihan meninggalnya Ayah Dahlan,  Muhammad Basyirpun meninggal karena penyakit.

            Dahlan merupakan pemuda yang berani menyatakan pendapatnya dengan alasan yang masuk akal. Sebagai Kiai yang mempunyai cara tersendiri untuk mengajarkan agama kepada anak didiknya maupun anak-anaknya. Misalnya berdakwah dengan Biola. 

            Dengan sistem pengajaran seperti itu, Kiai Dahlan sering difitnah sebagai Kiai Kafir. Karena menurut warga dan Ulama lain, Biola itu alat musik kafir. Tetapi, menurut Dahlan, bukan Biolanya yang Kafir walau pembuatnya orang Belanda.

            Usulan Dahlan yang lain adalah merubah arah kiblat Masjid Gedhe, karena menurut analisa yang jelas, arah kiblat Masjid Gedhe itu melenceng. Tetapi usulan itupun tak disetujui Kiai Dahlan. Akhirnya, Kiai Dahlan tak merubah arah kiblat di Masjid Gedhe tetapi merubah arah kiblat di Langgar Kidul, tempatnya berdakwah dan mengaji para santrinya.

            Menurut para Ulama Masjid Gedhe, perilaku Dahlan di Langgarnya itu tidak baik. Akhirnya, Langgar Kidul dihancurkan oleh marbut-marbut suruhan Kiai Kamaludiningrat. Kiai Kamaludiningrat melakukan penghancuran langsung karena sebelumnya, Kiai Dahlan diperintahkan menutup Langgar Kidul tetapi tak juga dilakukakan Dahlan.

            Kejadian itu membuat Dahlan sakit hati, ia memutuskan untuk pergi sembunyi-sembunyi dari Kauman bersama Walidah dan anak-anaknya. Tetapi saat di stasiun kereta api, kepergian Dahlan diketahui oleh Mas Saleh dan dicegah Mas Saleh. Dahlan mendapat dukungan dari Mas Saleh untuk membangun Langgar Kidul kembali. Dahlan memutuskan tidak pergi dan dengan bantuan Mas Saleh dan Kiai Ibrahim, membangun Langgar Kidul kembali.

            Setelah kejadian pahit pembongkaran Langgar Kidul, Kiai Dahlan memutuskan untuk berhenti menjadi Khatib Besar Masjid Gedhe. Ia meminta ijin pada Sri Sultan Hamengkubuwono VII, tetapi Sri Sultan malah menyuruhnya pergi haji kembali untuk menimba ilmu bersama anaknya Siraj.

            Setelah datang Haji, Kiai Dahlan mulai berfikiran untuk mengikuti organisasi. Dan memutuskan untuk mengikuti Organisasi Budi Utomo. Lewat mengikuti organisasi tersebut, Dahlan belaar banyak tentang keorganisasian. Pelan-pelan, Dahlan mulai mencoba membuat perkumpulan Islam. Perkumpulan Islam itu diberi nama Muhammadiyah. Nama Muhammadiyah itu atas usulan dari murid sekaligus adik tirinya yang bernama Sangidu.

            Setelah pengajuan resident untuk Dahlan dari Sri Sultan kepada Kiai Kamaludiningrat sebagai Kiai Penghulu, awalnya pengajuan itu ditolak oleh Ulama Masjid Gedhe dan Kiai Kamaludiningrat karena Kiai Kamaludiningrat salah kaprah antara Resident dengan President. Tapi akhirnya, setelah kekeliruan itu selesai, Kiai Kamaludiningrat mengijinkan pengajuan tersebut. Bahkan Kiai Kamaludiningrat berbaikan dengan Kiai Dahlan saat di Masjid Gedhe.
 

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates